Oleh : Muslikah
Pandemi Covid yang melanda negeri kita, membawa dampak pada berbagai sektor kehidupan, tidak terkecuali pada sektor pendidikan. Berbagai upaya dilakukan pihak untuk bisa berdamai dengan kondisi pandemi. Sistem pendidikan pun mulai mencari suatu inovasi untuk proses kegiatan belajar mengajar. Surat Edaran No. 4 tahun 2020 dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menganjurkan agar seluruh kegiatan di institusi pendidikan harus jaga jarak dan seluruh penyampaian materi disampaikan di rumah masing-masing. Pelaksanakan pembelajaran dilaksanakan secara daring, karena dalam prinsip kebijakan pendidikan di masa pandemi Covid-19 adalah mengutamakan kesehatan dan keselamatan para peserta didik, para pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat pada umumnya, dalam rangka pemenuhan layanan pendidikan selama masa pandemi. Pembelajaran daring dapat dimaknai sebagai pembatasan akses pendidikan. Pembelajaran yang biasanya berlangsung dengan interaksi langsung antara unsur pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik beralih menjadi pembelajaran interaksi tidak langsung. Sistem pembelajaran daring (dalam jejaring) merupakan sistem pembelajaran melalui online yang menggunakan jaringan internet.
Sebagai bagian dari instituisi pendidikan, sekolah kami juga melakukan pembelajaran secara daring. Sekolah kami memiliki aplikasi pembelajaran yang disebut SMANDA SEARCHING. SMANDA SEARCHING merupakan kepanjangan dari “SMA Negeri 2 Demak Smart Learning and Teaching” adalah media pembelajaran jarak jauh berbasis web yang memungkinkan guru dan peserta didik dapat saling berinteraksi dua arah dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh. Aplikasi ini bisa diakses dengan menggunakan media internet melalui aplikasi peramban internet, contohnya: Chrome, Mozilla Firefox, Opera, Internet Explorer dan sebagainya. Dalam aplikasi ini ada 3 level pengguna, yaitu : Administrator, Guru dan Siswa.
Level administrator; Administrator bisa mengakses seluruh kegiatan pembelajaran, dari memasukkan data guru, data siswa, jadwal pembelajaran, pembagian tugas guru, memantau keaktifan guru, keaktifan siswa, hasil tugas siswa. Ringkasnya semua kegiatan pembelajaran bisa dipantau oleh administrator sekaligus dengan pelaporannya.
Level guru; Yang bisa masuk di level ini adalah guru. Guru menginput data pembelajaran sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh kurikulum. Di kegiatan pembelajaran dirancang untuk bisa dilakukan dua arah karena ada forum tanya jawab antara siswa dan guru mengenai kegiatan pembelajaran dan berkaitan dengan materi yang sedang disajikan. Selain pembelajaran guru juga bisa memberikan tugas kepada siswa melalui menu tugas dan langsung memberi umpan balik kepada siswa pada kolom yang telah disediakan. Untuk melakukan penilaian ada menu penilaian.
Level siswa; Pada level ini yang bisa login adalah siswa dengan menggunakan NIS dan password yang telah diinput oleh administrator. Siswa tidak perlu melakukan registrasi sebelum masuk ke aplikasi ini. Yang bisa dilakukan siswa adalah mengikuti pembelajaran Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dan memberikan komentar di dalam forum diskusi dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Untuk tugas, siswa bisa mengerjakan tugas yang telah diberikan bapak ibu guru yang bersangkutan kemudian mengumpulkannya pada aplikasi ini melalui fitur unggah dokumen berupa foto, sedang penilaian tinggal membuka menu penilaian.
Aplikasi yang ada di sekolah kami didesain sedemikian rupa. Tujuan dari semua itu adalah untuk dapat memaksimalkan pembelajaran daring. Namun kenyataannya, pembelajaran daring yang kami lakukan dengan menggunakan aplikasi tersebut ternyata belum bisa berlangsung secara optimal. Dampak positif bagi guru memang ada, yaitu keterampilan guru dalam memanfaatkan IT menjadi meningkat, tetapi ternyata dampak negatifnya jauh lebih banyak. Sebagai contoh, jaringan internet yang kadang kurang lancar atau bahkan tidak lancar terutama untuk peserta didik yang berada di daerah yang susah jangkauan sehingga proses pembelajaran terganggu. Orang tua banyak yang mengeluh, mereka merasa kewalahan ketika mendampingi anak-anak mereka dalam belajar, selain juga mengeluh tentang pengeluaran untuk pembelian kuota.
Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran rendah. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Tim Kurikulum, kehadiran siswa dalam pembelajaran belum mencapai 90% , begitupun keaktifan dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa juga belum mencapai 90%. .Hasil wawancara dengan para siswa, mereka banyak yang merasa tidak nyaman dengan pembelajaran daring. Mereka mengatakan bahwa pembelajaran terasa membosankan, banyak tugas yang harus diselesaikan. Hal itu yang membuat mereka merasa malas untuk ikut pembelajaran, kalaupun ikut hanya absen kemudian pasif. Kenyataan di lapangan, memang pembelajaran yang dilakukan guru cenderung berlangsung satu arah, umumnya hanya berupa pemberian informasi dari guru ke siswa dan penugasan sehingga guru lebih mendominansi pembelajaran. Pembelajaran kurang dapat mengembangkan pola pikir siswa dan pengalaman secara langsung.
Permendiknas RI No. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses, dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Penulis pernah membaca bahwa kata pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction” yang menempatkan siswa sebagai sumber kegiatan. Oleh sebab itu, criteria keberhasilan proses pembelajaran tidak diukur hanya dari sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran, akan tetapi diukur juga dari sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar. Keberhasilan pembelajaran dari segi proses pembelajaran dapat diamati misalnya bagaimana siswa dapat menikmati pembelajaran sebagai suatu kegiatan yang menyenangkan. Artinya jika suatu pembelajaran tidak berhasil membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk belajar secara menyenangkan, maka pembelajaran itu tidak dapat dikatakan efektif. Seperti kita ketahui bersama bahwa kegembiraan dalam belajar dapat memberikan efek yang luar biasa dalam pencapaian hasil belajar siswa. Ketika siswa mendapat rangsangan menyenangkan dari lingkungannya, mereka akan lebih aktif dan kreatif secara mental dan fisik. Kenyamanan dan kesenangan yang dirasakan siswa, membantu mencapai keberhasilan belajar yang optimal. Kesenangan belajar sangat erat kaitannya dengan cara ketiga jenis otak memproses informasi yaitu otak reptil, otak mamalia dan otak neo-cortex. Apabila seseorang dalam keadaan bahagia, tenang dan rileks, maka otak neo-cortex dapat aktif digunakan untuk berpikir dan merupakan 80% dari otak manusia. Karena itu, pembelajaran menyenangkan merupakan upaya yang harus terus-menerus dilakukan oleh guru dalam pembelajaran.
Berdasar hal tersebut di atas, sebagai upaya untuk menciptakan suasana menyenangkan dalam pembelajaran di masa pandemi, Penulis melaksanakan pembelajaran menggunakan metode Hypnoteaching berbasis proyek. Penulis ingin membuktikan apakah benar Hypnoteaching berbasis proyek mendapat respon yang positif dari siswa dan membuat siswa senang mengikuti kegiatan pembelajaran? Materi yang Penulis ajarkan adalah “Sistem Peredaran Darah”. Tujuan pemelajaran pada materi ini adalah siswa dapat memahami dan menjelaskan struktur, funsi dan proses serta kelainan penyakit yang terjadi pada sistem peredaran darah.
Hypnoteaching berasal dari kata hypnosis dan teaching. Para ahli mengartikan bahwa hypnoteaching adalah seni berkomunikasi dalam mengajar dengan jalan memberikan sugesti agar para siswa menjadi lebih cerdas. Melalui sugesti yang diberikan, diharapkan mereka tersadar dan tercerahkan bahwa ada potensi luar biasa yang selama ini belum pernah mereka optimalkan dalam pembelajaran. Hypnoteaching merupakan perpaduan pengajaran yang melibatkan pikiran sadar dan bawah sadar. Hypnoteaching ini merupakan metode pembelajaran kreatif, unik, sekaligus imajinatif. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, para anak didik sudah dikondisikan untuk siap belajar. Dengan demikian, anak didik mengikuti pembelajaran dalam kondisi yang segar dan siap untuk menerima materi pelajaran.
Pembelajaran berbasis proyek adalah strategi pembelajaran yang memberdayakan siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru berdasar pengalamannya melalui berbagai presentasi. Para ahli menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermanfaat bagi peserta didik karena dalam pembelajaran berbasis proyek, peserta didik terdorong lebih aktif dalam belajar.
Pembelajaran yang Penulis lakukan dengan menggunakan metode hyypnoteaching berbasis proyek ini bisa jadi tidak sama dengan yang pernah dilakukan oleh orang lain. Hypnoteaching yang penulis lakukan hanya di awal pembelajaran, , pelaksanaan proyek dan ketika siswa presentasi, produk dalam proyek yang dihasilkan siswa tidak berupa alat tetapi lagu, tahap-tahap dalam proyekpun tidak sepenuhnya sesuai dengan sintaks di pembelajaran berbasis yang semestinya tetapi disesuaikan dengan kondisi dan keadaan sekolah serta siswa Penulis.
Pelaksanaan pembelajaran dengan metode hypnoteaching berbasis proyek dilakukan mengunakan perpaduan aplikasi SMANDA SEARCHING dan zoom. Pembelajaran diawali dengan membuka aplikasi di SMANDA SEARCHING. Pada kegiatan pembuka mulai diberikan sugesti (penerapan hypnoteaching). Di aplikasi SMANDA SEARCHING, biasanya untuk pembuka guru hanya menulis“ Assalamu’alaikum”, untuk kali ini guru menulis “Assalamu’alaikum, murid-murid Ibu yang hebat dan pinter, bagaimana kabar kalian? Semua ingin jadi orang sukses ?” Sungguh yang terjadi di luar dugaan. Bila biasanya hanya beberapa siswa yang menjawab sapaan guru, kali ini hampir semua siswa menjawab di forum diskusi. “ Wa’alaikumussalam, terimaksih Bu, yaa Bu saya ingin sukses”, siswa yang biasanya tidak pernah muncul di forum juga muncul. Setelah membuka aplikasi sekolah baru siswa diminta membuka link zoom yang sudah diberikan sebelumnya. Aplikasi sekolah tetap digunakan karena bila pembelajaran tidak dengan membuka aplikasi sekolah, maka baik guru maupun siswa tertulis tidak melakukan dan mengikuti pembelajaran. Ketika zoom, semua siswa wajib on camera. Sebelum memulai pembelajaran kami melakukan yel-yel. Yel yang diucapkan sesuai kesepakatan yaitu bila guru mengucapkan “Muridku hebat” maka siswa menjawab “Ya–ya–ya”, bila guru mengucapkan “ Siap Belajar?” siswa menjawab “Tentu dong” dan setelah itu bersama –sama mengucapkan “Kami siap berprestasi”. Setelah yel disampaikan aturan tambahan dalam pembelajaran. Aturan tambahan ditentukan bersama antara guru dan siswa. Disepakati aturan tambahan dalam pembelajaran kami adalah : semua siswa harus aktif dalam pembelajaran, mengikuti pembelajaran dengan gembira, melaksanakan tugas dengan cepat dan membuat orang lain bahagia.
Kegiatan senjutnya adalah kegiatan inti. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menanyakan kepada siswa lagu favorit masing-masing. Setelah masing-masing siswa menyebutkan lagu favorit mereka kemudian guru meminta siswa mengganti syair dari lagu favorit siswa sesuai dengan materi pada tujuan pembelajaran. Ketika siswa mengeluh dengan alasan sulit, suaranya jelak, malu dan lain sebagainya, kembali guru memberikan sugesti “Ingat dengan aturan tambahan kita tadi anak-anak yang hebat, apa?”. Siswa menjawab bermacam-macam-macam, ada yang menjawab harus aktif, harus gembira, melaksanakan tugas dengan cepat dan membuat orang lain bahagia. Guru memandu “ Mari kita ingat lagi aturan tambahan kita dalam belajar, apa tadi?”. Serentak siswa menjawab “semua siswa harus aktif dalam pembelajaran, mengikuti pembelajaran dengan gembira, melaksanakan tugas dengan cepat dan membuat orang lain bahagia”. “Ya, bagus, semua masih ingat dengan aturan itu, Ibu yakin murid-murid Ibu hebat maka Ibu juga yakin kalau tugas pasti dapat kalian selesaikan”. Sebelum menutup pembelajaran guru meminta siswa untuk mengucapkan kalimat yang mengandung sugesti positif “Kami hebat, Kami Bisa”.
Pendampingan untuk menyelesaikan proyek dilakukan guru di WA group. Setiap hari ada siswa yang berkomunikasi untuk bisa menyelesaikan proyeknya. Proyek yang dihasilkan para siswa sungguh mengagumkan. Kalau di awal yang menjadi tujusn guru siswa dapat membuat lagu, tetapi justeru laporan yang dibuat oleh siswa tidak sekedar lagu tetapi video siswa dengan menyanyikan lagu tersebut. Ketika siswa mempresentasikan hasil proyeknya pujian dan sanjungan diberikan pada seluruh siswaatas keberhasilan mereka.
Ternyata melibatkan alam bawah sadar siswa dalam proses pembelajaran itu penting dan selayaknya dilakukan oleh guru agar proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik tanpa membuat siswa merasa tertekan atau terbelenggu. Hasil wawancara dengan siswa tentang metode hypnoteaching berbasis proyek mendapat respon yang positif dari siswa. Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran baik. Siswa sangat antusias, aktif dan ikut terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Menurut para siswa pembelajaran dengan hypnoteaching berbasis proyek membuat pembelajaran lebih menarik. Siswa merasa senang, tidak ada perasaan tertekan, mereka dapat mengekspresikan kemampuan mereka.
Semoga apa yang Penulis hasilkan ini dapat menjadi referensi bagi para guru lain dan membuka kesadaran kita bahwa mengajar itu harus menggunakan “hati” agar apa yang kita sampaikan sampai juga ke “hati” siswa.